Showing posts with label Life. Show all posts
Showing posts with label Life. Show all posts

2.1.18

,

Tentang Hijrah : 1

Semua berawal dari dosa. Secara nggak sengaja, kita sering “menaruh” iman kita untuk “menghadapi ujian”. Melakukan beberapa kali “ujian keimanan”, dan beranggapan bahwa iman itu cukup kuat. Padahal kenyataannya.., iman kita tidak se-baik-baik itu.



Pada dasarnya, kita tahu bahwa dosa itu buruk. Tapi, kita tetap nekat masuk ke dalamnya. Se;anjutnya, dosa itu berubah menjadi kebiasaan, dimana saat kita melakukannya, kita nggak merasa bersalah.  Sampai pada waktunya, kita sadar dan merasa kotor. Disinilah setan bekerja, membisikkan "Yang salah itu Islam, bukan kamu. Tapi kamu sudah terlalu jauh dari jalan kebenaran itu,"

Sehingga kita merasa sudah tak ada jalan kembali.

Besarnya rasa bersalah pada diri sendiri akan membuat hati kita mati. Menghilangkan keinginan untuk masuk surga, dan menghapus ketakutan untuk masuk neraka. Intinya, tidak ada kepercayaan bahwa akhirat itu ada.

Lalu, benarkah bahwa jalan untuk kembali itu telah tertutup?

Continue reading Tentang Hijrah : 1

23.11.17

Little Warrior

Ada beberapa akun instagram yang menarik perhatian saya belakangan ini. Salah satunya, adalah akun bayi-bayi yang lahir dengan kondisi khusus (kelainan jantung, pernafasan, dll) dan menghadapi perjuangan yang berat dalam hidupnya.

So, kenapa saya tertarik dengan akun semacam itu? Because somehow, they bring the fighting spirit in a (very) simple way. 

Dalam instagram, little warrior terdiri dari beberapa bayi dengan perjuangan hidup yang mampu menginspirasi banyak orang. Bayi-bayi tersebut adalah :

1. Khaleef Atthoriq (baby Thor)


Baby Thor menderita penyakit Encephalitis atau radang otak. Hal itu disebabkan virus yang membuatnya langsung koma setelah 2 jam nonstop mengalami kejang sehingga menyebabkan pembengkakak di otak yang mencapai ke batang otak. Baby Thor meninggal pada 26 Juni 2017 setelah melalui perjuangan berat dalam kondisi koma selama setahun.

2. Abhi

Bayi ini lahir dengan diagnosis hipertensi pulmonal dan PDA. Memasuki minggu ke-3, tiba-tiba kondisi Abhi drop karena infeksi bakteri dan jamur. Akhirnya terkena pneumonia dan infeksi berat dengan kerusakan paru-paru mencapai 80%. Abhi mengakhiri perjuangannya pada 15 November 2017.

3. Muhammad Gibran Mahrez

Baby Gibran didiagnosa encephalitis setelah tiba-tiba kejang tanpa disertai panas dan tidak ada gejala apapun sebelum kejadian. Setelah dirujuk ke rumah sakit, baby Gibran sempat gagal nafas beberapa saat dan langsung dipasangkan alat bantu nafas (ventilator) setelah itu tidak sadarkan diri selama hampir 7 bulan. Gibran menghembuskan nafas terakhirnya pada 17 November 2017.


4. Adam Fabumi Kamaludin 

Rest In Peace, Little Warrior @adamfabumi 🌺
_
Selamat jalan Adam, terimakasih sudah menjadi bukti besarnya kekuatan cinta dan kasih... Peluk erat untuk Mama & Papa Adam #LudiDanRatih yang punya 1001 alasan untuk lelah dan menyerah, tapi memilih untuk #MelawanDunia dengan percaya pada sebuah harapan, semoga kalian berdua, juga keluarga besar, diberi ketabahan dan kekuatan... Al Fatihah... 🙏🏻🙏🏻
_
#melawanduniamv #littelewarrior #adamfabumi
Sejak lahir, baby Adam didiagnosa mengidap patau syndrome (trisomy 13), disertai kelainan jantung bawaan (VSD, ASD & PDA), infeksi paru-paru, pembesaran saluran ginjal, laringomalasia dan Dandy Walker. Setelah berkali-kali menjalani perawatan, baby Adam mengakhiri perjuangannya pada 22 November 2017. Perjuangan Adam selama 7 bulan dalam hidupnya menginspirasi banyak orang. Kisahnya diangkat dalam video klip RAN feat Yura yunita dengan judul "Melawan dunia".

Jadi, apa yang didapat dari kisah perjuangan bayi-bayi seperti mereka? Banyak. 

Bahwa hidup adalah perjuangan yang nggak kenal usia, waktu, dan kondisi. Bisa dibayangkan bagaimana beratnya mereka menghadapi semuanya selama berbulan-bulan, dalam usia yang se-bayi itu. Berkali-kali "mengunjungi" RS, demi "memperpanjang"sedikit nafasnya. Lalu, bagaimana dengan kita yang telah diberikan kemudahan bernafas, disaat mereka disana harus mati-matian berjuang untuk itu? 

Tetap tersenyum. Ditengah sakitnya setiap pengobatan yang mereka jalani, mereka tetaplah bayi yang polos. Yang masih bisa tersenyum meskipun fisiknya harus menerima puluhan suntikan dan jenis obat-obatan keras. Senyum mereka menjadi kekuatan, semangat dan inspirasi semua orang. Memberikan pelajaran berharga bahwa seberat apapun hidup, sedikit senyuman akan membuat segalanya terasa lebih baik.

Ikhlas, apapun yang terjadi. Dengan berbagai komplikasi gangguan kesehatan, perjuangan dan keikhlasan orang tua mereka benar-benar diuji. Dari mereka kita belajar, apa arti cinta yang ikhlas. Cinta yang tetap diusahakan, diperjuangkan, meskipun tahu bahwa semuanya akan (segera) berakhir. Dari mereka kita mengerti, bahwa apapun yang terjadi nanti, yang terpenting bukan lagi hasilnya, tapi seberapa maksimal kita dalam berusaha. 

Life is short. So, make it worth the pain. Diatas semua kekuatan yang (coba) ditunjukkan, mereka tahu bahwa hidup mereka nggak akan lama. Tapi, mereka nggak menyerah. Mereka tetap tersenyum, berusaha bertahan ditengah begitu banyak rasa sakit yang mendera. Dari situ, mereka coba menunjukkan bahwa sebaik-baiknya hidup adalah berusaha mengajarkan dan memberikan sesuatu pada orang lain. Tidak selalu dalam bentuk materi, tapi bisa melalui sesuatu yang memberikan arti. 

Di fase-fase kehabisan semangat (hidup) dan (seakan) nggak punya mimpi begini, somehow I need to feel alive, to learn something, untuk belajar apa arti perjuangan. Hasilnya? Meski sebentar saya mengikuti perkembangan mereka, tapi saya mendapat banyak pelajaran hidup. Dan beberapa bulan perjuangan mereka, telah mampu memberikan kekuatan, inspirasi, dan semangat kepada semua orang diluar sana, termasuk saya. 

Thank you, little warriors. Thankyou for the fighting spirit, warm smile, and the strength to against the world. 

Rest in peace. And you will always be remembered. 



Continue reading Little Warrior

22.1.16

Karena Semua Punya Luka


Dalam hidup (dan pergaulan), seringkali kita ngejudge dan menilai kalau hidup orang lain lebih baik, lebih mudah atau lebih bahagia. Padahal kenyataannya, belum tentu.
There were no people who was happy-all the time. Their situation might be worse, but they didn't show it.
Ya, setiap orang pasti punya masalah. Bukankah tiap orang akan diberikan masalah/cobaan sesuai kemampuannya? Entah sebesar maupun seberat apa masalah itu, kita nggak berhak buat mengukurnya. Karena, kemampuan tiap orang dalam menilai (dan menghadapi) masalah pun berbeda.
There will always be a reason behind every struggle.
Sekuat apapun kedekatan, toh pada akhirnya akan tetap ada banyak hal yang nggak akan kita ketahui secara pasti. Karena tiap orang juga punya banyak sisi. Termasuk sisi yang emang sengaja ditunjukkan, dan sisi yang sengaja disembunyikan.
The prettiest smiles hide the deepest secrets. The prettiest eyes have cried the most tears. And the kindest heart have felt the most pain. 
Kadang kita akan salah menilai tentang hidup seseorang. Karena di kenyataan, mereka berusaha keras buat menutupi masalah dengan cara yang berbeda-beda. Ada yang selalu bersikap ceria buat menutupi luka, sering tertawa demi menghapus duka, maupun terlihat baik-baik saja padahal menyimpan banyak cerita.

Continue reading Karena Semua Punya Luka

23.8.15

Depression

I found this on the internet. And, I want to share it for you all. Its like everyone has their secret side, or maybe...everyone has their depressed-side. Sometimes we hate it when everything turned into wrong, we messed everything's up, and we don't know what to do. Sometimes we want to give it up. but ya...always remember that it always rain the hardest for people who deserve the sun, right? Everything will work out at that right time. So, we just need to be patient will all the things, especially with ourself. 

Continue reading Depression

16.7.15

1436H

We all feel lost sometimes. And when we lost in our way, we would make some kind of mistakes. We lost, we broke, we hurt. We messed everything up by keep doing the mistakes without knowing that we're just far from Allah's way.

When we realize that all the things turn into wrong, we need to stop for a while. There would be some questions like : Is it the test? The trap? The karma? Or the answer of our prayers?

We'll take the time to figure it out. We would review about what we have done. We would re-arrange the puzzle. We would re-read the Allah's map.

As the time goes by, we might find that we misunderstood the things. Something that we want the most should be something that we'll be better without. Something that we hate the most should be something that we'd be grateful of.

But if we didn't figure it yet, doesn't mean that we never will. It might not the future that we're afraid of, but repeating the past that make us feel anxious. Don't stress. Allah will give strength to go through what we're going through.

Sure we have sins, scars, bad memories. But, we're never as broken as we think we are. Don't be too worry about how much mistakes we ever made in the past. Because the worst past still can create the best future. Don't be afraid of losing. Because Allah will always guide us home.



Happy Eid Mubarak 1436H everyone. Saatnya kembali, karena Allah telah menanti.


posted from Bloggeroid
Continue reading 1436H

1.1.15

An Explosion, A Path, and A Bless

Sometimes, life just twisted us around. It gave the unpredictable feelings, trapped us in some kind of path, or changed the direction of life. When the world had turned into wrong, all the things that we did just to explode it. We complained. We cried. We mad. Without realizing that an explosion will make a better way for everything.

Knowing that things always come together, bad and good, sadness and happiness, hello and goodbye, then. As Allah said : there is an ease after hardship. After an explosion, there will always be a bless. Can we realize that? Of course. Its our choice to have the intent for changing the point of view.

Every single step that we choose will lead us to a path. We walk into the path. We turn, we stop. We keep moving although we're afraid of losing. We just walk around, without knowing about what will happen. Basically, we're blind. We don't even know whether the path is the right one, the wrong one, or just a trap to twist us around.

Someday, we will understand everything. The wound will be healed, the pain will be gone. A path will give the best lesson to learn. As I've ever said before, life is just like a camera. Focus, capture, develop. And if plan don't work out, improve and take another shoot.

Don't be totally worried about everything that happened around. All of the pain will pay off. In the right time. We just need to do the best, be the best, give the best, and believe in Allah's way. Because no matter how strong we are, the choice is ours but the decision is still Allah's. So, just let Allah lead the way. :)


posted from Bloggeroid
Continue reading An Explosion, A Path, and A Bless

14.11.14

Melupakan dengan Kesibukan

Saya jadi ingat, ada yang pernah bilang :
"Iya, terlalu sibuk di kerjaan ini bisa bikin kita lupa tentang hobi, keluarga, dan banyak hal lainnya. Kadang, dunia orang yang super sibuk itu cuma kantor dan tidur."
For some points, saya setuju sama pernyataan itu. Terjebak di kesibukan (kerja) yang berlebihan bisa membuat kita melupakan banyak hal. Melupakan bahwa kita punya dunia sendiri diluar kesibukan. Melupakan bahwa kita punya skill untuk mewujudkan impian lain. Melupakan hal-hal seru yang kita sukai. Melupakan waktu luang buat bersenang-senang menikmati hidup.

Beda lagi dengan yang sengaja menyibukkan diri. Beberapa hari lalu, saya nggak sengaja nemu quote ini :
Dibalik menyibukkan diri, ada sesuatu yang berusaha dilupakan -Instagram @dagelan-
Yah, kebanyakan orang emang seperti itu. Sengaja menyibukkan diri buat melupakan hal-hal yang nggak-ingin-diingat lagi.

Iya. Buat melupakan kesedihan, kesepian, atau kekhawatiran yang belum tentu jadi nyata. Buat melupakan perasaan yang nggak seharusnya ada. Buat melupakan masa lalu yang harusnya udah berlalu. Buat melupakan semua masalah yang belum bisa diselesaikan. Buat melupakan kehampaan saat (merasa) nggak bisa dimengerti semua orang.

Lalu, dengan sengaja menyibukkan diri disana, apa yang sebenarnya sedang berusaha kamu lupakan?

posted from Bloggeroid
Continue reading Melupakan dengan Kesibukan

26.9.14

Everything Will be Okay

Beberapa minggu ini, gempuran curhatan datang dari berbagai penjuru. Entah kenapa, kebanyakan curhatan itu adalah tentang mereka yang their world had turned into wrong. Somehow, saya jadi ikutan merasakan gimana beratnya masalah mereka, atau betapa sulitnya ada di posisi mereka. Tapi bagaimanapun, saya nggak punya kapasitas besar buat membantu mereka menyelesaikan masalahnya.

Lalu, apa yang saya dapat dari semua itu...? Banyak. Banget. Ada berbagai hal dan pelajaran hidup yang didapat dari mendengarkan cerita mereka. Dan meskipun saya nggak bisa banyak membantu, seenggaknya kata-kata ini bisa sedikit melegakan.
Ini semua juga akan berlalu. Seperti semua kesulitan yang dulu rasanya adalah akhir dari segala sesuatu. Bertahanlah.  -Mario Teguh- 
Buat mereka yang masih ragu dalam memulai sesuatu,
Once you decided what you want, the universe conspire to make it happened.
Memulai sesuatu emang nggak mudah. Butuh niat yang kuat, keyakinan yang besar, dan mental yang benar-benar siap untuk menghadapi apapun yang akan terjadi nanti. Orang terdekat mungkin akan meragukan keputusan yang kita ambil. Mereka akan meremehkan, nggak merestui, dan nge-judge kita dengan kata-kata yang nggak enak. Tapi, seperti quotes diatas, selalu percaya bahwa ketika kita meyakini apa yang dilakukan, maka alam semesta akan membantu mewujudkannya. Jadi, buat suatu pembuktian diri. Bukti yang mematahkan semua keraguan mereka. Bukti yang membuat mereka menghargai apa yang kita lakukan. Dan bukti yang akan membuat mereka bangga dengan keputusan kita dalam memulai sesuatu.

Buat mereka yang masih nggak rela untuk melepaskan,
If you're brave enough to say goodbye, life will reward you with a new hello. -Paulo Coelho-
It seems like saya udah pernah membuat artikelnya disini. Ya, keputusan untuk melepaskan sesuatu emang butuh keberanian yang besar. Butuh penegasan bahwa melepaskan adalah keputusan terbaik yang harus diambil. Butuh pertimbangan buat menentukan sikap apa yang harus dilakukan setelah berpisah, tentang apa yang terjadi setelahnya, dan tentang semua hal yang (mungkin) masih nggak siap untuk ditinggalkan. Tapi, jika nggak melepaskan, kita nggak akan bisa mendapatkan sesuatu yang lebih baik. Karena kita nggak bisa menerima hal baru disaat tangan masih menggenggam hal yang lama kan...? So, are you brave enough to let her/him go...?

Continue reading Everything Will be Okay

18.8.14

Makhluk Super Sibuk

Dulu, saya pernah kesel banget sama seseorang. Alasannya, cuma karena dia terlalu sibuk dengan segudang urusannya. Hampir 24 jam dia habiskan buat mengurusi ini-itu sampai nggak ada waktu buat sekedar refreshing. 

Tapi dibalik ke-kesel-an itu, I adore him. Dia bisa melakukan banyak hal yang seru dan bermanfaat, disaat orang seusianya (termasuk saya) masih ribet ber-galau-ria. Se-sibuk apapun, dia selalu bisa menyempatkan diri buat menolong orang yang membutuhkan bantuan (dan perhatian) darinya. Ya, sepertinya dia tau-banget tentang how to spend you time with.

Hasilnya, banyak yang bisa dimengerti dari kesibukannya. Mulai dari ribetnya me-manage waktu dan kesibukan, berharganya waktu istirahat yang minim, senengnya melihat banyak hal yang bisa dihasilkan, termasuk nggak-enak-nya di-complain orang-orang terdekat karena terlalu-sibuk.

Tapi, sibuk nggak selamanya nggak enak kok. Kalau kamu mau mencoba, sebenarnya banyak hal positif yang bisa dipelajari dari semua kesibukan itu dan segala bentuk rasa capeknya. Misalnya :

Continue reading Makhluk Super Sibuk

10.7.14

Pelajaran dari Sebuah Luka

Ini bukan (sepenuhnya) tentang luka hati. Tapi ini tentang luka beneran (gara-gara kecelakaan) dan tentang kehidupan... *tsahh...

Ceritanya, beberapa hari lalu saya jatuh dari motor saat dibonceng teman. Awalnya, semua baik-baik aja di perjalanan. Kita cekikikan sambil menggosip sana-sini (maklum, kerjaan cewek-cewek). Sampai di dekat suatu perempatan, motor didepan kita ngerem mendadak. Teman saya jelas kaget, lalu ikutan ngerem mendadak. Dan...braaakk...motor kita menabrak motor didepan, dan dua motor di belakang ikutan menabrak kita. Iya, tabrakan beruntun 4 motor, dan kita ditengahnya. Lalu semua motor beserta pengendaranya jatuh.

Dan...kita yang paling parah. Kondisi motor berantakan. Kedua spion, lampu depan, dan penutup ban depan pecah. Teman saya mendapat luka di lutut kaki, lengan, dan tangan. Sementara saya cuma luka di lutut kaki. Iya, cuma satu luka tapi sakitnya bertahan berhari-hari. Dari kecelakaan itu, saya belajar beberapa hal, yaitu:

Continue reading Pelajaran dari Sebuah Luka

29.6.14

Zona Mati Rasa

Nggak bisa dipungkiri kalau cinta dan pengalaman pribadi adalah inspirasi terbesar dalam hidup ini. Mereka yang sedang jatuh cinta, atau sebaliknya~sedang patah hati, dan mereka yang sedang merasa sangat-sedih ataupun sangat-bahagia karena suatu hal, adalah yang paling kreatif dalam menghasilkan sesuatu. Entah itu berupa tulisan, wise words, atau art yang mencerminkan suasana hatinya.

Lalu, bagaimana dengan mereka yang mati-rasa? Kebanyakan dari mereka adalah yang udah bosan dikecewakan, dipermainkan, ataupun mereka yang bosan untuk terlalu-pakai-hati dalam menghadapi sesuatu. Mereka yang berada di zona mati rasa cenderung lebih cuek, nggak terlalu bahagia, dan nggak terlalu sedih. Bisa dibilang, datar-datar aja.

Dan, percaya atau nggak, zona mati rasa ini berpengaruh ke menurunnya tingkat kreatifitas seseorang. Mereka yang mati-rasa adalah yang terlalu menyibukkan diri dengan banyak urusan, sampai nyaris nggak punya waktu untuk sekedar menggunakan hati buat merasakan apa yang terjadi. Benar atau salah? It depends on everyone's perspection.

Jadi, apakah orang yang ada di zona mati rasa bisa kreatif lagi? Absolutely. Cinta dan pengalaman pribadi emang sumber inspirasi terbesar, tapi bukan satu-satunya. Mereka yang berada di zona mati rasa cuma perlu berhenti sejenak dari kesibukannya, untuk sekedar melihat sekitar, lalu merasakan apa yang terjadi.
Inspirasi bisa datang dari mana aja. Dari cerita teman yang udah lama nggak bertemu, dari sebaris lirik lagu yang nggak sengaja kita dengarkan, dari mimpi yang kadang terasa nyata, dan mungkin dari bayangan dia yang nggak sengaja terlintas di pikiran kamu.
Zona mati rasa adalah tempat sementara saat kita lelah dengan semuanya. Tapi kalau terlalu nyaman, kita bisa benar-benar kehilangan kreatifitas. Jadi, sebisa mungkin, usahakan buat tetap bergerak. Karena apapun yang terjadi, kita nggak boleh berlama-lama stuck di zona ini.
Continue reading Zona Mati Rasa

19.2.14

Tiring Point

There was a time when you felt so tired. You wanted to go out, but the bed hugged you tight. The pain in your head went worse while your mind just couldn't stop thinking. Then you laid down with a hand covered your eyes up.

You closed your eyes, hoped that darkness would calm you down. The shadow of every moments were showing, the things that you have been forgotten would come again.

You remembered everything. About the papers that you haven't submitted, the courses that you took, the upcoming test, the farewel with girls, the delayed meetings, and... that forbidden memories.

The places, the moments, the smells of wet soil, cloudy sky, and the rain that fell just left a kind of emptiness, in the hole of your heart. There were some kind of uncomfortable feelings. You knew it, but you kept busy with your business until the pain ruined all over your body.

You realized, no matter how hard you tried, you just couldn't. You couldn't force yourself to be happy. You couldn't erase that uncomfortable feelings easily. You couldn't lie to yourself that you weren't okay. You couldn't pretend that everything was fine, but deep inside, it was so messed up since the first of this month.

Then you thought that you must turned your phone on, and shared your problem with someone, or took a day off to spend the time inside your home. Because you knew, that you would be better while you decided to take one of them, or both of them.

But now, all that you could do is take a deep breathe, calmed yourself down, and wish that everything would be fine. You wished the time would fly faster, took you out to the end of this month while you woke up in the next morning.

posted from Bloggeroid
Continue reading Tiring Point

1.2.14

Fight or Flight ?

Saya menemukan kalimat fight or flight ini saat blogwalking ke blognya nabila disini. Dan beberapa detik kemudian, saya menemukan ide untuk membuat postingan yang berdasarkan point of view pribadi dari kejadian yang biasa saya temui.

Dalam hidup, ada kalanya kita "terdampar" di jalan kehidupan yang nggak sesuai dengan kemauan dan impian kita. Misalnya : Pengennya kuliah di kampus A, tapi diterima di kampus B. Pengennya masuk jurusan IPA, ternyata masuk IPS. Pengennya kerja sebagai apa, ternyata keterima kerja sebagai apa... *halah

Nah, kalau udah begitu, biasanya awalnya kita akan mencoba untuk beradaptasi dengan anggapan bahwa inilah takdir yang harus dijalani. Then, time will show everything, wether we choose the wrong way or not. Ada yang berhasil beradaptasi lalu menikmati jalan hidupnya, ada juga yang malah frustasi dan menyesal karena nggak mengambil kesempatan untuk "banting setir" dari jalan hidupnya.

Mereka yang berhasil beradaptasi adalah yang memilih fight. Mereka memutuskan untuk berperang menghadapi apa yang ada didepannya. Meskipun merasa bahwa ada di medan perang yang salah. Nekat..? mungkin. Yang ada di pikiran mereka hanyalah berjuang, menerobos, dan melawan demi mempertahankan posisinya di keadaan yang (sebenarnya) nggak mereka inginkan, sampai mendapatkan zona aman (menurut orang lain). Bahagia...? butuh waktu. Karena kenyatannya, akan butuh waktu lebih lama untuk mendapatkan kebahagiaan yang sebenarnya di keadaan semacam itu.

Sedangkan mereka yang "banting setir" adalah mereka yang memilih flight. Mereka memutuskan untuk keluar dari jalan kehidupan yang ada, demi mencari jalan lain sesuai keinginan mereka. Pengecut...? Nggak selalu. Mungkin mereka adalah orang-orang yang tahu diri. Maksudnya, mereka sadar dengan potensi yang dimiliki. Mereka sadar bahwa nggak seharusnya berada di medan perang yang nggak bisa dimenangkannya. Mereka lebih memilih untuk flight, dan saat menemukan jalan yang tepat, mereka akan fight habis-habisan. Karena disanalah medan perang sesungguhnya yang bisa mereka menangkan. Bahagia...? umumnya sih pasti. Sesulit apapun keadaannya, kalau berada di kondisi yang disukai dan dinginkan, biasanya mereka akan tetap bersemangat untuk menghadapi semuanya.
Ada hal-hal yang nggak bisa dibeli hanya dengan materi atau keadaan sebagus apapun. Ada hal-hal yang akan sulit untuk benar-benar bisa diikhlaskan. Kebahagiaan, kepuasan batin, dan ketenangan hanya akan bisa didapat dari keikhlasan. Sedangkan logikanya, kita akan cukup sulit untuk bisa benar-benar ikhlas di keadaan yang nggak-pernah kita inginkan.
Ada harga yang harus dibayar untuk sebuah pencapaian. Ada pengorbanan yang harus direlakan untuk sebuah pilihan. Senyum orang-orang di sekitar, dan reward yang didapat seringkali membuat seseorang bertahan atau enggan meninggalkan keadaan pahit yang nggak diinginkannya. Sedangkan keinginan untuk mencapai ketenangan dan kebahagiaan sebenarnya lah yang membuat seseorang berani untuk keluar dari jalur, lalu mencari dan berjuang di jalur lain yang sesuai keinginannya.

Jadi, yakinkah untuk bertahan demi bahagia di keadaan yang nggak diinginkan...? Atau mulai berpikir untuk mencari jalur lain dimana kita seharusnya berada...?
Continue reading Fight or Flight ?

2.1.14

#ckptw

Oke, postingan ini terinspirasi dari kata "#ckptw" yang sering dipake anak-anak Sidoarjo yang habis ikut kopdar di Malang (atau entah dari mana asalnya kata itu). #ckptw berarti "cukup tahu". Ya, dipikir-pikir, kadang kita perlu bersikap "cukup tahu" untuk beberapa hal.

Kita perlu bersikap #ckptw untuk hal-hal yang nggak bisa kita raih, tapi bisa diraih oleh orang-orang dekat di sekitar kita. Bukan karena kita menyerah, atau iri dengan keberhasilan mereka. Tapi supaya kita belajar untuk mensyukuri apa yang kita raih dan kita miliki, nggak hanya terpaku pada apa yang dimiliki orang lain.

Kita perlu bersikap #ckptw saat sadar bahwa kita nggak akan bisa memenuhi ekspektasi orang lain tentang diri kita. Bukan karena kita keras kepala dan nggak mau berubah. Tapi karena kita tahu, bahwa dengan berusaha memenuhi ekspektasi orang lain secara terus menerus, kita nggak akan pernah bisa menjadi diri sendiri. Karena kita harus tahu, bahwa those who mind don't matter, and who matter don't mind. Dengan hal itu, kita akan tahu siapa yang benar-benar bisa menerima keberadaan kita, dan siapa yang berusaha membentuk diri kita agar sesuai dengan ekspektasi pribadinya.

Kita perlu bersikap #ckptw saat menyadari bahwa nggak semua orang akan berekspektasi sesuai apa yang kita harapkan. Tiap orang punya ekspektasi masing-masing saat menghadapi tiap hal, termasuk saat melihat diri kita. Mereka mungkin akan sering salah menilai kita, tertipu dengan first sight kita, atau mungkin salah mengerti tentang sikap dan kepribadian kita. Bukan karena kita nggak mau membuat mereka mengerti. Tapi karena kita sadar bahwa kita nggak akan bisa mengendalikan ekspektasi mereka yang terkadang berkembang sangat cepat.

Kita perlu bersikap #ckptw terhadap masalah orang lain saat kita nggak dimintai pendapat mengenai masalahnya. Kita hanya harus mendengarkan, dan menganggap bahwa mereka bisa menyelesaikan masalahnya sendiri, tanpa bantuan maupun solusi dari kita. Bukan karena kita nggak mau membantu mereka. Tapi karena kita sadar bahwa mereka adalah pribadi dewasa yang punya cara masing-masing dalam menyelesaikan masalahnya, bahkan (mungkin) tanpa bantuan dari kita.

Ya, kadang kita perlu bersikap #ckptw dengan cara diam saat menghadapi hal-hal tertentu. Bukan karena kita nggak peduli atau nggak care, tapi karena kita sadar bahwa justru sikap diam itulah bentuk kepedulian terbaik yang sebenarnya mereka butuhkan, dan kita butuhkan untuk meredam keadaan.

Continue reading #ckptw

3.11.13

Antara Impian dan Restu Orang Tua

Kadang dalam hidup ini semua hal nggak berjalan sesuai keinginan kita. Faktor penyebabnya bisa bermacam-macam. Salah satunya, karena orang tua kita nggak merestui apa yang kita lakukan.

Entah kenapa, saat orang tua kita nggak merestui, hal-hal yang kita inginkan / lakukan di kenyataannya nggak akan berjalan lancar, atau malah hancur berantakan. Masalah besar akan terjadi saat kita berselisih tentang beberapa hal, misalnya tentang pilihan sekolah dan kerja, pilihan pasangan hidup, dan pilihan-pilihan lain yang nggak sesuai dengan keinginan orang tua kita. 

Kadang mereka bersikukuh bahwa pilihan merekalah yang terbaik. Terbaik untuk mereka (pastinya) dan terbaik untuk kita (seharusnya). Dan jelas, saat mereka sudah menentukan pilihan, kemungkinan besar pada akhirnya kita hanya bisa pasrah dan menurut. 
Kalau kita dituntut untuk selalu membahagiakan orang lain-terutama orang tua, lantas kapan kita bisa membahagiakan diri sendiri? -Someone, on her FB's status-
Mungkin ada benarnya. Saat kita memutuskan untuk menuruti satu persatu keinginan orang tua kita, secara nggak langsung mungkin kita udah kehilangan banyak waktu yang seharusnya bisa kita gunakan untuk mewujudkan impian kita sendiri. "Cuma segitu aja kok yang diminta orang tua. Lakukan aja, demi mereka. Kan selama ini mereka sudah melakukan yang lebih banyak untuk anaknya." Dan selanjutnya, kita diarahkan untuk menyerah.

Kesannya  kejam juga sih, karena memang sebesar apapun pengorbanan seorang anak, nggak akan pernah cukup untuk membalas jasa orang tuanya. Atau mungkin, sebagian orang berpikir "Turuti saja orang tuamu, toh kamu juga nggak bisa memastikan apakah pilihanmu tepat,". Iya, memang. Tapi sialnya, kita juga nggak bisa memastikan apakah pilihan orang tua kita juga tepat kan..?
Kalau orang tua udah nggak menyetujui, ya "kita bisa apa"... ?
Di situlah masalahnya. Ada kalanya kita nggak bisa menentang keinginan mereka. Di kenyataannya, hanya sedikit anak yang berani mendobrak batas dan menentang keputusan orang tuanya. Mereka nekat melakukan apa yang menjadi impiannya, meski tanpa restu dari orang tuanya. Sebagian memang berhasil, bahkan bisa membuktikan dan membuat orang tua mereka bangga. Tapi sebagian lagi memilih untuk menuruti keinginan orang tua, dan mengubur impian mereka dalam-dalam, karena mereka sadar bahwa kenyataan juga nggak berpihak pada mereka. Sakit, pasti.

Continue reading Antara Impian dan Restu Orang Tua

12.10.13

,

Sebuah Kebanggaan

Kebanggaan adalah perasaan yang dirasakan saat seseorang berhasil meraih suatu hal yang diinginkan. In general, Kebanggaan tiap orang berbeda-beda menurut tingkatan dalam perjalanan hidup.

Saat masih balita, kebanggaan bisa didapat saat mulai bisa berbicara, mulai bisa berjalan, dan mulai merespon apa yang ada di sekitar. Saat anak-anak, sekitar usia sekolah, kebanggaan bisa berupa rasa bangga saat mendapat ranking 3 besar di kelas, atau saat terpilih mewakili lomba-lomba antar-pelajar. Saat remaja, kebanggaan bisa didapat saat seseorang mulai mengenal cinta. Di masa itu, kebanggaan seringkali muncul saat berhasil-pacaran dengan idola sekolah, atau cowok-cewek populer. Kebanggaan berlanjut saat berhasil masuk di perguruan tinggi impian, lulus kuliah dengan hasil yang memuaskan, dan bekerja sesuai passion dan impian.

Then, the time flies. Seorang anak akan berubah menjadi sosok dewasa saat memutuskan untuk berumah tangga dan memiliki keturunan. Kebanggaan orang dewasa (umumnya) didapat melalui anaknya. Bangga saat melahirkan, saat melihat perkembangan anak, saat berhasil mendidik dan memberikan kasih sayang hingga anak beranjak dewasa.

Arti kebanggaan menurut saya adalah suatu kepuasan pribadi saat mampu membahagiakan orang lain di sekitar. Kebanggaan bisa saya dapat ketika orang-orang disekitar bisa tersenyum dan bahagia. And I got it more, when I was one of the reason of their happiness. Kebanggaan nggak menuntut orang lain untuk ikut merasakannya. Karena kebanggaan harus didapat oleh diri sendiri--dari hati, sebagai wujud dari menghargai usaha yang telah diri sendiri lakukan. Video CineUs berikut akan menggambarkan sekilas mengenai kebanggaan.


Sebuah trailer dari  novel CineUs yang menceritakan perjuangan keras seseorang untuk menang dalam Festival Film Remaja demi sebuah klub di sekolahnya.
"Melelahkan sekali kalau kita terus memikirkan pengakuan dari orang lain. Kebanggan itu disini, bukan disana." 
Saya sangat setuju dengan quote yang ada dalam trailer CineUs diatas, kebanggaan nggak harus selalu didapat dari pengakuan orang lain. Akan sangat melelahkan saat kita harus menunggu orang lain mengakui kebanggaan mereka terhadap kita. Hal ini mengingatkan saya pada qoute dari seseorang di status facebooknya.
"Jangan pernah mendengarkan omongan buruk orang lain tentang dirimu. Terlebih jika dia tak pernah memberikan sumbangsih apapun dalan rencana kesuksesanmu. Adalah bijak untuk mencari tahu lebih dalam. Mana yang benar-benar nasehat, dan mana yang hanya sekedar perkataan penghambat. "- Someone, on his fb's status.
Ya, untuk bisa meraih kebanggaan, kita harus selalu berusaha be wise for menerima omongan buruk dari orang lain. Karena nggak semua omongan buruk itu benar. Kalau kita terpuruk karena menerima mentah-mentah semua omongan mereka, kita sendirilah yang akan hancur. Dan mungkin, kita nggak akan pernah bisa merasakan banyak kebanggaan hanya karena mendengarkan omongan buruk tentang diri kita.

Kita yang jauh lebih mengenal diri kita sendiri. We--exactly, know ourself better than others. Jadi, kenali diri sendiri, hargai, and be proud of yourself.



Postingan ini diikutsertakan dalam :


Continue reading Sebuah Kebanggaan

How Much Will You Pay for The Game ?

Ini tentang seberapa kuat kita mampu memperjuangkan, seberapa banyak usaha yang kita lakukan untuk meraih sesuatu, dan seberapa besar pengorbanan kita untuk sesuatu/ seseorang yang akan (pantas) kita dapatkan. Ceritanya, saya pernah kenal dengan dua orang, A dan B.

Si A adalah orang yang baik, bahkan sangat baik ke orang-orang di sekitarnya, dan (pacar)-pacarnya. Iya, dia semacam spesies player. Saya nggak tertarik dengan sifat playernya, tapi tertarik dengan sifatnya yang sangat-berusaha-ngasih-yang terbaik buat seseorang, termasuk pacarnya. Dia adalah tipe orang yang akan melakukan sangat banyak hal demi orang yang (saat itu) dicintainya. Dia juga akan benar-benar memperjuangkan apa yang menjadi impian dan cita-citanya. Dia sering mengorbankan banyak hal untuk sesuatu yang (menurutnya) sangat berharga. Bahkan, terkadang dia nggak peduli apakah perjuangannya akan berhasil ato nggak, apakah pengorbanannya akan dihargai atau nggak, dan kadang dia nggak peduli apakah suatu saat dia akan terluka dan menyesal karena put too much effort for the wrong things.

Si B juga orang yang baik, dan penuh perhitungan untung-rugi. Dia akan baik, bahkan sangat baik ke seseorang, saat kebaikan itu nggak akan menimbulkan resiko-resiko yang suatu saat akan membuatnya terluka. Ya, dia sangat-takut terluka dan menyesal jika suatu saat (ternyata) dia sadar bahwa telah berbuat baik pada orang yang (akhirnya) menyakitinya. Dia akan melakukan sangat banyak hal untuk orang yang dinilainya tepat, memperjuangkan apa yang menurutnya layak, dan berkorban untuk hal-hal tertentu (setelah melakukan berbagai pertimbangan). Dia akan sangat mempertimbangkan semua resiko jika suatu saat perjuangan, pengorbanan, serta usahanya untuk orang lain berakhir sia-sia. Dia nggak akan terlalu-berusaha keras dalam segala hal, karena kemungkinan suatu saat akan berakhir sebagai suatu kegagalan, keputusasaan, luka, dan penyesalan.
how much will you pay for the game? kalau hidup ini diibaratkan seperti dunia game-atau semacam judi, kira-kira seberapa banyak usaha yang akan kamu (bayarkan) untuk mendapatkan apa yang diinginkan? Apakah akan mempertaruhkan semuanya? atau akan memperhitungkan segalanya lalu akan mulai bertaruh saat mendapatkan peluang yang sangat bagus?
Dari dua contoh diatas, tipe A dan B, saya nggak menilai salah satunya benar dan yang lainnya salah. Setiap orang punya hak untuk memperjuangkan, mengorbankan, dan meraih sesuatu yang menurutnya layak. Terlalu freak dengan tipe A akan membuat kita menjadi terlalu berani dan kehilangan segalanya jika nantinya hal yang kita perjuangkan nggak berjalan sesuai keinginan. Sedangkan terlalu freak dengan tipe B akan membuat kita menjadi penakut yang terlalu lama menghabiskan banyak waktu untuk mempertimbangkan banyak hal, tanpa melakukan apapun.
Semua pilihan akan ada resikonya, tapi pilih yang resikonya sanggup untuk ditanggung. 
Berjuang untuk apa yang sekiranya layak diperjuangkan. Berkorban tapi tetap menjaga agar nggak kehilangan segalanya. Jangan sampai menyesal saat kehilangan sesuatu karena nggak pernah melakukan apapun untuk memperjuangkan dan mempertahankannya. Jangan sampai menyesal karena terlalu banyak (memaksa) melakukan sesuatu sehingga kehilangan segalanya. Just be brave, and take the risk. But keep up from falling too deep.

Continue reading How Much Will You Pay for The Game ?

15.9.13

Those Who Came, and Those Who Left

Seseorang yang datang di keseharian kita, sebagai teman, sahabat, keluarga, maupun pasangan pasti akan terkena seleksi alam. Jarak, kesempatan, dan konflik sering menjadi penyebab perpisahan (sementara atau selamanya) dengan mereka. 

Nggak ada yang abadi. Begitu juga dengan kehadiran sampai kedekatan mereka di hidup kita. Yang datang dan yang pergi pasti akan terus berganti. Hari ini seseorang datang, lalu mendekat, dan beberapa saat kemudian meninggalkan. 


Awalnya memang sakit saat harus menghadapi perpisahan dengan mereka. Pihak yang ditinggalkan dan pihak yang meninggalkan bisa sama-sama merasakan sakit. Kehilangan mereka karena berbagai hal bisa sangat membekas. Tapi kalau bisa ber-positive thinking, hal ini bisa juga menjadi motivasi yang menguatkan kita untuk menjadi seseorang yang lebih baik.

Tiap orang punya "jangka waktu" untuk stay bersama  kita. Jangka waktu itu sendiri bisa ditentukan oleh takdir, keadaan, ataupun sikap kita terhadap mereka. Seseorang yang kita perlakukan dengan baik, kemungkinan akan stay lebih lama, dan sebaliknya. Namun, when the fate worked, mau-gak-mau, siap-gak-siap, kita harus menghadapi perpisahan.
Continue reading Those Who Came, and Those Who Left

20.8.13

Yang Tersisa dari Skripsi

Skripsi. Kata ini hampir selalu jadi momok buat mahasiswa semester akhir. Akhir tahun lalu, galau banget dengan kata ini. Tiap ada yang nyebut kata "skripsi", bawaannya langsung mules dan hampir pingsan. Saat itu rasanya selalu pengen tidur pulas lalu terbangun di bulan September tahun 2013 ini dengan status "alumni" dan tentu saja, skripsi yang udah ber-hardcover hitam.

Then, karena sesuatu hal, akhirnya bener-bener bisa terbangun. Bukan di bulan September, tapi di bulan Februari 2013 dengan skripsi yang masih stuck di bab 3. Bukan dengan kondisi mental yang "semangat 45", tapi dengan kondisi mental yang super-down. Ibaratnya pas di titik terendah dalam hidup, and I pushed my self to move forward.  
Just go-go-go, that's all I think about. Yang ada di pikiran saat itu adalah "lakukan apa yang ada didepan" dan target "selesai dalam 2 bulan"
Mulai dengan bikin produk dari  0%, ngejar dan nungguin dosen setiap hari dari pagi-sore biar dapat acc, sampai mondar-mandir ke sekolah-kampus-rumah-tempat fotocopy demi berkas-berkas yang ketinggalan dan butuh revisi. Plus, nge-print beratus-ratus lembar, dan ngulang berkali-kali di halaman yang sama karena kesalahan yang remeh.

Capek. Banget. Kadang hopeless, jenuh, pengen nyerah, dan berhenti buat istirahat. Tapi justru disaat memutuskan untuk "berhenti sejenak", pasti nanti akan sulit buat mulai ngerjakan lagi. Buat mengatasi itu, tiap selesai satu step (misal: pas selesai dapat satu acc dosen), sempatkan buat ngasih reward ke diri sendiri. Rewardnya bisa dalam bentuk apapun (misal : reward dua jam jalan-jalan, atau reward 3 jam ngeblog). Lalu tiap pengen nyerah, baca mantra "jangan cengeng, harus kuat, just move-move-move". And, sampai gak percaya waktu tepat dua bulan, pas bulan April, dinyatakan "lulus dengan revisi".

The hardest battle for strongest warrior. Seberat apapun "pertempuran" skripsi itu, buktikan bahwa kamulah yang ter-tangguh. Kalau kamu menyerah, you'll never be the strongest, and just ended up like a loser.
Kadang kita secara gak sengaja seringkali membuat sugesti "ini gak mungkin, pasti sulit, aku gak sepintar itu, dan aku gak mampu, dll". Sehingga kita gak melakukan apapun untuk menyelesaikan skripsi. Disitulah kesalahan fatal yang kita lakukan. Skripsi lebih seperti perlombaan untuk mendaki ke puncak. Yang menang bukan hanya yang terpintar atau yang diam memikirkan taktik dan ketakutan untuk mendaki tanpa melakukan apapun. Tapi yang menang adalah yang terus berusaha dan gak pernah berhenti sebelum mencapai puncak.
When you found its way to the top, a sentence like "It's too rough!", "Can you do it?" Or "Could it?" were not its problems at all! You just needed to HIKE! HIKE ! -Rikiya Gaou, Eyeshield 21's comic-
Keyakinan dan kebiasaan "gak pernah berhenti" itulah yang akan membuat semuanya menjadi mungkin. Bahkan kebiasaan itu masih kebawa sampai sekarang dan sangat berguna untuk "gak pernah berhenti" belajar, berburu pekerjaan, S2, dll. Dan ini sudah terbukti di beberapa kasus.

Masih inget sama cerita tentang A little helper yang disini dan disini ? Dia juga memulai skripsi dalam keadaan down, dan kepikiran mundur lagi 1 semester. Tapi tiap mau berhenti, dia selalu ingat perjuangan yang udah dia lalui buat lulus di semester ini. Dan sekarang, dia sudah selesai skripsi dan dinyatakan lulus. Semuanya selesai dalam 2 bulan juga, tepat sesuai target. I'm proud of him. And I'm proud of being his little helper. *popsconfetti

Nah, buat yang skripsinya belum selesai atau masih stuck karena berbagai hal, jangan sampai "dijatuh"in atau sampai di kondisi down dulu biar terpacu buat skripsi. Karena walaupun ampuh, tapi berat-banget berjuang di kondisi yang down itu. So, tunggu apalagi, selesaikan skripsi mulai sekarang juga. Semangatt !!!
Continue reading Yang Tersisa dari Skripsi

29.5.13

The Helps

When someone asked about what's the reason of helping the one who have hurt you, I just couldn't answer it properly. I have many reasons for helping others. Somehow, I want to make their parents proud of them, or I just want to give them a little happiness that they may never get from others. But those reasons still make no sense.

For the case of someone who ever broke my pride into pieces, it became more difficult to do. Because by doing such things, I must deal with my hatred, my friend's complains, and his new relationship that still stretch the scar in my wound.

Sometimes I want to escape, put him in a hard situation, and leaving him in depression and sufferings. I want him to experience the things like how hard I have suffered for something that he have done to me before.  Unfortunately, I still couldn't do that.

You may have reasons for hating someone, but for helping someone, is there any concrete reasons? Somehow it just became our intuition as a human being. And I thought everyone was deserve the helps, no matter how bad the thing they have done.

And for "Why you still helping someone who have hurt you?", maybe this phrase will  answer the question :
"Because we couldn't cure our own sufferings by making other suffers"
Continue reading The Helps