23.11.17

Little Warrior

Ada beberapa akun instagram yang menarik perhatian saya belakangan ini. Salah satunya, adalah akun bayi-bayi yang lahir dengan kondisi khusus (kelainan jantung, pernafasan, dll) dan menghadapi perjuangan yang berat dalam hidupnya.

So, kenapa saya tertarik dengan akun semacam itu? Because somehow, they bring the fighting spirit in a (very) simple way. 

Dalam instagram, little warrior terdiri dari beberapa bayi dengan perjuangan hidup yang mampu menginspirasi banyak orang. Bayi-bayi tersebut adalah :

1. Khaleef Atthoriq (baby Thor)


Baby Thor menderita penyakit Encephalitis atau radang otak. Hal itu disebabkan virus yang membuatnya langsung koma setelah 2 jam nonstop mengalami kejang sehingga menyebabkan pembengkakak di otak yang mencapai ke batang otak. Baby Thor meninggal pada 26 Juni 2017 setelah melalui perjuangan berat dalam kondisi koma selama setahun.

2. Abhi

Bayi ini lahir dengan diagnosis hipertensi pulmonal dan PDA. Memasuki minggu ke-3, tiba-tiba kondisi Abhi drop karena infeksi bakteri dan jamur. Akhirnya terkena pneumonia dan infeksi berat dengan kerusakan paru-paru mencapai 80%. Abhi mengakhiri perjuangannya pada 15 November 2017.

3. Muhammad Gibran Mahrez

Baby Gibran didiagnosa encephalitis setelah tiba-tiba kejang tanpa disertai panas dan tidak ada gejala apapun sebelum kejadian. Setelah dirujuk ke rumah sakit, baby Gibran sempat gagal nafas beberapa saat dan langsung dipasangkan alat bantu nafas (ventilator) setelah itu tidak sadarkan diri selama hampir 7 bulan. Gibran menghembuskan nafas terakhirnya pada 17 November 2017.


4. Adam Fabumi Kamaludin 

Rest In Peace, Little Warrior @adamfabumi 🌺
_
Selamat jalan Adam, terimakasih sudah menjadi bukti besarnya kekuatan cinta dan kasih... Peluk erat untuk Mama & Papa Adam #LudiDanRatih yang punya 1001 alasan untuk lelah dan menyerah, tapi memilih untuk #MelawanDunia dengan percaya pada sebuah harapan, semoga kalian berdua, juga keluarga besar, diberi ketabahan dan kekuatan... Al Fatihah... 🙏🏻🙏🏻
_
#melawanduniamv #littelewarrior #adamfabumi
Sejak lahir, baby Adam didiagnosa mengidap patau syndrome (trisomy 13), disertai kelainan jantung bawaan (VSD, ASD & PDA), infeksi paru-paru, pembesaran saluran ginjal, laringomalasia dan Dandy Walker. Setelah berkali-kali menjalani perawatan, baby Adam mengakhiri perjuangannya pada 22 November 2017. Perjuangan Adam selama 7 bulan dalam hidupnya menginspirasi banyak orang. Kisahnya diangkat dalam video klip RAN feat Yura yunita dengan judul "Melawan dunia".

Jadi, apa yang didapat dari kisah perjuangan bayi-bayi seperti mereka? Banyak. 

Bahwa hidup adalah perjuangan yang nggak kenal usia, waktu, dan kondisi. Bisa dibayangkan bagaimana beratnya mereka menghadapi semuanya selama berbulan-bulan, dalam usia yang se-bayi itu. Berkali-kali "mengunjungi" RS, demi "memperpanjang"sedikit nafasnya. Lalu, bagaimana dengan kita yang telah diberikan kemudahan bernafas, disaat mereka disana harus mati-matian berjuang untuk itu? 

Tetap tersenyum. Ditengah sakitnya setiap pengobatan yang mereka jalani, mereka tetaplah bayi yang polos. Yang masih bisa tersenyum meskipun fisiknya harus menerima puluhan suntikan dan jenis obat-obatan keras. Senyum mereka menjadi kekuatan, semangat dan inspirasi semua orang. Memberikan pelajaran berharga bahwa seberat apapun hidup, sedikit senyuman akan membuat segalanya terasa lebih baik.

Ikhlas, apapun yang terjadi. Dengan berbagai komplikasi gangguan kesehatan, perjuangan dan keikhlasan orang tua mereka benar-benar diuji. Dari mereka kita belajar, apa arti cinta yang ikhlas. Cinta yang tetap diusahakan, diperjuangkan, meskipun tahu bahwa semuanya akan (segera) berakhir. Dari mereka kita mengerti, bahwa apapun yang terjadi nanti, yang terpenting bukan lagi hasilnya, tapi seberapa maksimal kita dalam berusaha. 

Life is short. So, make it worth the pain. Diatas semua kekuatan yang (coba) ditunjukkan, mereka tahu bahwa hidup mereka nggak akan lama. Tapi, mereka nggak menyerah. Mereka tetap tersenyum, berusaha bertahan ditengah begitu banyak rasa sakit yang mendera. Dari situ, mereka coba menunjukkan bahwa sebaik-baiknya hidup adalah berusaha mengajarkan dan memberikan sesuatu pada orang lain. Tidak selalu dalam bentuk materi, tapi bisa melalui sesuatu yang memberikan arti. 

Di fase-fase kehabisan semangat (hidup) dan (seakan) nggak punya mimpi begini, somehow I need to feel alive, to learn something, untuk belajar apa arti perjuangan. Hasilnya? Meski sebentar saya mengikuti perkembangan mereka, tapi saya mendapat banyak pelajaran hidup. Dan beberapa bulan perjuangan mereka, telah mampu memberikan kekuatan, inspirasi, dan semangat kepada semua orang diluar sana, termasuk saya. 

Thank you, little warriors. Thankyou for the fighting spirit, warm smile, and the strength to against the world. 

Rest in peace. And you will always be remembered. 



Continue reading Little Warrior

11.10.17

Drama LKS [1/2]

Sekitar setahun lalu, saya mendapat pengalaman pertama sebagai pembimbing siswa jurusan Multimedia, bidang Graphic Design Technology dalam event LKS (Lomba Kompetensi Siswa). Event LKS ini diadakan setahun sekali, berjenjang dari tingkat kota, provinsi, hingga nasional. Untuk yang diikuti sekolah adalah tingkat kota.

Perjalanan menuju hari-H pelaksanaan LKS diwarnai dengan berbagai drama. Dimulai dari drama penunjukan siswa yang didaulat mewakili sekolah, drama technical meeting, dan drama pelaksanaan lomba.

Penunjukan ini dilakukan dengan seleksi beberapa siswa yang dinilai berpotensi dan bagus dalam bidang desain. Seleksi dilakukan dengan memberikan tugas mendesain sebuah poster sesuai brief/ permintaan yang saya berikan.  Dari 4 siswa yang diseleksi, (rencananya) akan diambil 3 siswa untuk mewakili sekolah. Drama dimulai saat ada pengumuman jika yang boleh diberangkatkan hanya 1 siswa untuk mewakili tiap sekolah. Whatt... saya yang sudah terlanjur memilih 3 siswa pun, harus pelan-pelan memberikan pengertian ke siswa, meminta maaf, dan menjelaskan bahwa yang diberangkatkan hanya salah satu dari mereka. *thanks God karena siswa saya tipe yang "take it easy", jadi nggak tersinggung atau marah-marah saat nggak terpilih. Hahaha.

   
Hasil design siswa dalam proses seleksi

Drama technical meeting diawali dari jadwal yang nggak pasti. Awalnya ditentukan hari Rabu, lalu delay sampai hari Jum'at. Di hari Jumat, saat saya siap berangkat ke lokasi, mendadak diberitahu bahwa harus menyiapkan fotocopy rapor siswa dan pas foto. Dan... mana saya tahu kalau persyaratannya seperti itu. Salah saya juga sebenarnya karena nggak bertanya sebelumnya. Tapi untungnya, persyaratannya bisa ditunda untuk dibawa keesokan harinya saat lomba.

Setelah urusan persyaratan "dianggap" beres, saya dan siswa berangkat ke lokasi. Bayangan saya, technical meeting akan berlangsung lama karena berisi penjelasan detail untuk lomba. Kenyataannya, beda. Technical meeting diawali dengan pembukaan, lalu briefing lomba dilakukan secara terpisah untuk tiap cabang lomba dengan..sangat singkat. Hahaha.

Setelah technical meeting, kami kembali ke sekolah demi "melatih" siswa untuk lomba keesokan harinya. Saya yang nggak berpengalaman pun bingung harus melatih dengan cara apa. Sementara siswa pun bingung besok harus membuat desain seperti apa. Akhirnya, saya hanya memberikan gambaran ide desain, contoh trend design yang happening, dan beberapa contoh desain lainnya.

Keesokan harinya, hari pelaksanaan lomba dimulai dengan  melengkapi segala persyaratan yang harus dibawa. Lalu, saya dan siswa sengaja berangkat ke lokasi lebih awal untuk "beradaptasi" dan menghilangkan nervous. Lomba dimulai pukul 08.00, sementara kita tiba di lokasi pukul 07.30. Dan selama waktu menunggu, saya memberikan brief ide yang "sekiranya" bisa digunakan, menyiapkan peralatan untuk lomba, dan memberi motivasi agar siswa tidak stress, nervous, dan merasa tertekan.

*At the time, I feel banget bagaimana perasaan orang tua yang heboh-sendiri saat mengantar anaknya mengikuti lomba. Hahaha.



Continue reading Drama LKS [1/2]

15.8.17

The 2 am thought

And after years with no communication, we have a chance to make it up. It started when I asked you about something, then we did some short chat, ended up in making promise for casual meeting. 

So, there you are. Just meet me in the middle of your works. We look each other for a while, then we both smile. Its like we haven't meet for a long time, so that sometimes we feel so awkward. 

And in a once for a while, I look into your eyes. Deeper. Thinking about how could this life traps us. We start as a friend, grow as the best of friend, move forward and become stranger for years. Then, life brings us here, just meet again as an old friend. 



Until we find the ice breaker, then our conversation move along. We talked about everything. We have some deep conversations about life, jobs, love, and some-kind of future-marriage-things. You could be the person I can joke around and have a deep conversation without feeling weird. We laugh, we smile, we act silly, and we get closer by the talks about anything that we missed during the last 3 years. 

After that meeting, I go back to reality. Tried to made up with some guys, but ended up with that thought of you. Days ago, with that short-rarely-message, you've just come into my mind. 

I don't know what the future brings, but by the night that we spend together, by the morning that I'm waiting to recieve your message, and since that time when you wake me up to pray, something happend deep inside my mind. 

Something that feels so warm, yet so frightening. Sometimes that bring the calm, yet so confusing. Sometimes I want to be with you, but sometimes I thought that we will be better this way. 


And the next think I know, you just become my 2 am thought.
Continue reading The 2 am thought

28.5.17

Critical Eleven

Sudah sekian lama saya nggak me-review film (khususnya film drama "romantis"). Kalau sekitar setahun lalu, saya mereview tentang I love you from 38.000ft yang khas remaja-banget, maka sekarang saya akan mereview salah satu film drama yang sedang booming, yaitu Critical Eleven.



Film Critical Eleven berangkat dari adaptasi novel dengan judul yang sama karya Ika Natassa. Saya nonton film ini sebagai efek dari baca-baca novel Divortiare, A very yuppy wedding, dan Twivortiare (sedikit curhat). Anyway, mari kita bahas tentang filmnya

Cerita film diawali dari Anya (Adinia Wirasti) yang berada di bandara demi perjalanan bisnisnya. Bagi Anya, bandara bisa diibaratkan seperti kehidupan. Penuh pilihan menuju destinasi yang diinginkan. sama seperti kehidupan. Dalam hidup, kita selalu punya pilihan, untuk menentukan arah kemana hidup kita akan dijalani.

Dalam dunia penerbangan, dikenal istilah critical eleven, sebelas menit paling kritis di dalam pesawat—tiga menit setelah take off dan delapan menit sebelum landing—karena secara statistik delapan puluh persen kecelakaan pesawat umumnya terjadi dalam rentang waktu sebelas menit itu. It's when the aircraft is most vulnerable to any danger.
Tagline diatas sepertinya sudah akrab sekali dengan novel ini. Dan tentu saja, tagline tersebut juga digunakan di film sebagai awal perjumpaan Anya dengan Ale (Reza Rahadian).

In a way, it's kinda the same with meeting people. Tiga menit pertama kritis sifatnya karena saat itulah kesan pertama terbentuk, lalu ada delapan menit sebelum berpisah—delapan menit ketika senyum, tindak tanduk, dan ekspresi wajah orang tersebut jelas bercerita apakah itu akan jadi awal sesuatu ataukah justru menjadi perpisahan.
Perjumpaan Anya dan Ale terjadi saat mereka secara nggak sengaja duduk bersebelahan di dalam pesawat. Dalam 11 menit tersebut, Anya bercerita mengenai kebiasaannya yang selalu membawa a little dinosaur di setiap perjalanan bisnisnya. Somehow I wonder, that's possible if dalam waktu sesingkat itu, kita bisa bercerita se-dalam itu pada orang yang baru saja dikenal.

Well, pertemuan singkat mereka benar-benar menjadi awal dari sesuatu. They're dating, lalu Anya dikenalkan ke keluarga besar Ale, Their relationship going to be  a serious way by the proposal dalam taksi yang mereka tumpangi. Selanjutnya, they're getting married and move to New York. Anya mengikuti Ale yang ditugaskan di sana. So far, cerita mereka going so smooth tanpa masalah berarti diiringi quotes mesra sepanjang awal film.


Percikan konflik mulai terasa di pertengahan film. Saat Anya hamil dan tanpa sengaja jatuh tertabrak sepeda, Ale mulai menunjukkan sifat protektifnya. Ale merasa harus selalu mengikuti Anya demi menjaga keselamatan calon bayinya, sedangkan Anya merasa masih bisa mandiri, melakukan semua kegiatannya sendirian meskipun sedang hamil. Dari perbedaan pandangan itu, mereka sering berdebat, saling membela diri, menunjukkan ego masing-masing, dan sama-sama sulit untuk mengalah. Sampai pada akhirnya Ale pindah kerja dan mereka memutuskan untuk kembali ke Jakarta.

So that somehow, dalam pernikahan memang dibutuhkan banget sifat untuk saling mengalah, meredam ego sekuatnya, dan membiarkan pasangan ambil kendali dalam beberapa keputusan, meskipun kita pribadi masih sulit untuk ikhlas menerima keputusan tersebut. *(Proved by Anya yang akhirnya mengalah dengan meninggalkan pekerjaan dan kota New York yang dicintainya demi mengikuti Ale pulang ke Jakarta). 
Menjelang waktu melahirkan, Anya merasa tidak ada gerak bayi dalam perutnya. Di rumah sakit, dokter mendiagnosa bahwa calon bayi yang diberi nama Aidan tersebut mengalami kematian dalam kandungan. Setelah Anya melahirkan Aidan yang sudah tidak bernyawa, kehidupan mereka berubah. Rumah tangga Anya dan Ale menjadi dingin. Kesedihan yang mendalam membuat mereka menyibukkan diri dengan pekerjaan masing-masing.

Dalam kesedihan itu, mereka saling diam. Bergelut dengan pikirannya masing-masing. Anya yang sangat merasa bersalah, dan Ale yang terus menyalahkan Anya atas kematian Aidan. Kata-kata yang saling melukai diantara keduanya membuat mereka tidak saling berkomunikasi meskipun tinggal serumah.
Setiap orang punya cara sendiri dalam menghadapi rasa duka. Meskipun cara mereka berbeda dalam menghadapi duka, bukan berarti mereka tidak merasakan duka dihatinya.
Anya menghadapi duka dengan masuk ke kamar Aidan tiap malam, sedangkan Ale dengan cara mengunjungi makam Aidan setiap minggu. Tangis mereka pecah saat bertukar cara menghadapi duka. Dimana Anya akhirnya mengerti sedalam apa Ale peduli dan mencintai Aidan, dan sebaliknya. Ale mulai memahami bahwa dibalik kesibukan kerjanya, Anya masih menyimpan duka dan rasa bersalah mendalam atas kehilangan Aidan.

Banyak hal yang bisa dipelajari dari film ini, terutama dari quotes-quotes yang bertebaran sepanjang film, diantaranya :

  • With you, I've burning my bridge. there's no turning back. There's just going forward, with you. Aku akan melakukan semuanya untuk membuat kamu bahagia, Anya.
Well, kata-kata itu akan terdengar so sweet buat orang yang sedang jatuh cinta dan dimabuk asmara. Tapi, akan jadi berat saat memasuki gerbang pernikahan, dimana kita harus mengalahkan ego, mengubur mimpi, meninggalkan karir, mengorbankan diri demi keluarga, dan melakukan hal yang diminta pasangan, padahal dalam hati kita nggak menyetujui. Yakin masih bisa membuktikan I will do anything to make you happy? Belum tentu.

  • Some wish remains a wish for as long as we live. Bukan karena kita kurang berusaha, namun karena memang sudah begitulah takdirnya.”
Ada hal-hal yang akan tetap menjadi angan-angan. Sekuat apapun kita berusaha, kita nggak akan bisa mengubah karena itulah takdirinya. Angan-angan kuat Ale dan Anya untuk segera memiliki anak, segala usaha yang dilakukan demi kebaikan Aidan, dan sifat protektif Ale dalam menjaga kandungan Anya. Dan sekuat apapun mereka berusaha menjaga Aidan selama dalam kandungan, toh pada akhirnya takdir tetaplah takdir. Lalu, disinilah kekuatan cinta dalam pernikahan mereka diuji. Mampukah menerima semua takdir itu? Mampukah mengikhlaskan dan tidak saling menyalahkan? Mampukah menghadapi semuanya berdua, meskipun masih ada rasa saling kecewa terhadap pasangan?.

Dan berbagai quotes lainnya yang sarat pesan moral. Tentang kehidupan, tentang cinta yang seharusnya bisa mengalahkan segalanya, tentang ego dalam pernikahan, tentang berdamai dengan takdir dan masa lalu, tentang duka yang harus dihadapi berdua, tentang memaafkan seseorang yang sebelumnya berjanji untuk tidak pernah menyakiti, dan tentang dimana kedua orang yang sama-sama terluka mampu menemukan kembali alasan untuk saling mempertahankan.


Mostly, film yang diadaptasi dari novel, biasanya ada bagian cerita yang "dirusak" oleh skenarionya. Hasilnya, cerita dari film tersebut nggak sebagus yang ada di novel. But,itu nggak terjadi dalam film ini. Cerita dalam film tetap smooth, nggak ada adegan konyol semacam "yang meninggal akhirnya hidup lagi", dll. Meskipun, ada beberapa adegan romantis (semi-dewasa) yang sepertinya dijadikan twist dalam film ini.

Anyway, dengan segala positif-negatifnya, film ini mampu membuat sebagian besar penonton meneteskan air mata sampai menangis sesenggukan. Overall, film ini juga mampu memikat penonton melalui jalan ceritanya yang santai tapi serius, ditambah sisi humor lewat penampilan Donny (Hamish Daud). Selain itu, akting yang mumpuni dari pemain-pemain yang berkualitas juga menjadi daya tarik yang menghidupkan setiap adegan dalam film ini.

So, film ini recomended banget buat kalian yang sudah cukup dewasa, mau memasuki gerbang pernikahan, maupun sedang ada di tahap awal dalam kehidupan pernikahan. Happy watching, jangan lupa siapkan tissue! Hahaha.


Continue reading Critical Eleven

23.5.17

Kalau Cinta Harus Ikhlas

Apa yang sering ditakutkan orang saat jatuh cinta?
Banyak. Misalnya, pantas-nggak-nya, takut terluka, takut kehilangan, takut jika ternyata hanya bertepuk sebelah tangan, takut saat akhirnya nggak berjodoh, dan banyak ketakutan yang lain. Semua ketakutan itu biasanya membuat seseorang jadi nggak benar-benar memperjuangkan dia yang dicintai.

Apapun bisa terjadi. Yang awalnya ragu, menjadi pasti. Yang nggak sengaja kenal, menjadi dekat.
Bahkan mungkin, sebaliknya.
Lalu, kalau apapun bisa terjadi, kenapa kita nggak berani mencoba menjalani? 
Pantas-nggak-nya bisa kita usahakan dengan proses memantaskan diri. Takut terluka? Cepat atau lambat, kita akan terluka karena cinta. Yang harus dipahami adalah, Is she/he was worth the pain? Takut kehilangan? Bukankah semua orang pasti merasakan kehilangan? Entah karena putus, perceraian, ataupun kematian. Berakhir sebagai cinta yang bertepuk sebelah tangan masih lebih baik, karena se-enggaknya, kita pernah memperjuangkan.

Dan jodoh ataupun nggak, itu bukan kapasitas kita buat memutuskan. Karena the choice is yours, but the decision is God's kan?
Yang terpenting, saat siap memperjuangkan sesuatu, kita juga harus mau belajar buat mengikhlaskan. 
Kita harus bisa mengikhlaskan. Karena sedekat, seyakin, dan sebesar apapun keinginan kita buat bersama dengan seseorang, toh saat takdir berkata lain, mau-nggak-mau kita harus bisa menerima. Kalau nggak bisa ikhlas, kita hanya akan melukai diri sendiri dengan harapan yang berlebihan dan ketakutan yang selalu menghantui. Bahagia? Belum tentu. Capek? Pasti.

Apa dia punya perasaan yang sama? Apakah kita pantas buat dia? Apa dia hanya mempermainkan dan menjadikan kita sebagai pelampiasan? Apakah dia nggak akan pergi demi orang lain? Apakah akhirnya bisa berjodoh? Semua pertanyaan itu nggak akan jadi penghalang saat kita bisa mencintai seseorang dengan ikhlas.
Yang pasti, keikhlasan akan membuat kita menerima apapun bentuk akhir dari kedekatan itu. 
Kalau berjodoh, kita akan bisa membangun kebersamaan dengan penuh kejujuran dan keterbukaan. Kalau nggak jodoh, seenggaknya kita bisa meninggalkan kesan baik buat dia, dan yakin bahwa diluar sana, akan ada jodoh yang jauh lebih baik.
No relationship is ever a waste of your time. If it didn't bring you what you deserve, it taught you what you didn't deserve.
Yang terpenting, selalu lakukan yang terbaik saat mencintai seseorang. Dan belajar buat :
Ikhlas saat semuanya nggak selalu berbalas
Dengan itu, pelan-pelan, kita akan menjadi sosok yang lebih baik, lebih dewasa dalam menerima kenyataan, lebih tenang saat semuanya nggak berjalan sesuai keinginan.

So, kalau memang cinta, berarti harus bisa ikhlas. Ikhlas dengan apapun hasil akhir dari proses yang dijalani.


Continue reading Kalau Cinta Harus Ikhlas

9.1.17

Two Thousand and Sweet Seventeen

Akhirnya setelah hibernasi panjang, saya kembali sejenak buat menulis di blog ini, dikarenakan... tradisi awal tahun. Ya, tradisi membuat postingan untuk review setahun kemarin, dan harapan/ target setahun kedepan.

Well, overall, tahun 2016 was a toughest year for me. Banyak hal-hal berat yang menguras berbagai macam emosi. Both bitter and sweet. Karena hal itu juga, target setahun kemarin meleset, berantakan, dan hancur berkeping-keping *drama. 

Anyway, seperti pepatah there's always a good in every bad, banyak hal positif dalam pelajaran hidup yang saya dapat di setahun kemarin, Ya, through the darkest hours, I found home, (meminjam dari istilah yang ada dalam postingan salah satu blogger favorit saya). And home isn't a place, its a person. 

Saya menemukan that kind of home pada diri orang-orang di sekitar. Mulai dari teman se-geng yang tiba-tiba juga menjadi rekan kerja di sekolah, teman-teman lama yang kembali bersilaturahmi, keluarga yang always love you unconditionally, dan someone who always be there when I need. 

So, I would say thank you for every lesson and every bless yang memberikan banyak hal baru dalam hidup saya, yang memberikan keyakinan bahwa everything is temporary. 

Nggak ada kesedihan yang terus menerus. Nggak ada kebahagiaan yang tak pernah putus. Semua hal pasti terjadi bergantian. Akan ada pagi yang indah dibalik pekatnya malam. There will be the sunshine after the rain, the beauty in every pain, and the rainbow after the storm.  
Dan buat target 2017, cuma satu. Melanjutkan semua target yang ada di 2016. Hahaha.

Seperti kata salah seorang teman, 2017 will gonna be my year. Semoga bisa menjadi pribadi yang lebih baik dalam segala sisi, semoga semua harapan dan target bisa tercapai, semoga semua hal baik bisa disegerakan, dan semoga banyak kebahagiaan terjadi di tahun ini. Amiin.

Two thousand and seventeen. Please be sweet as every-sweet-seventeen-celebration. And, surprise me !
Continue reading Two Thousand and Sweet Seventeen