30.9.14

This is How I spend my day

Kalau ada tipe orang yang nggak peduli dengan momen hari ulang tahunnya, mungkin saya adalah salah satunya. Bahkan, I didn't expect people to remember my birthday. Kalaupun ada yang sampai tahu, berarti mungkin orang itu benar-benar care dengan saya. *soktau...

Misalnya, keluarga besar. Ayah, ibu, adik, nenek, tante, om, dan para ponakan. Ucapan dari mereka berdatangan di pagi hari. Doa-doanya nggak jauh dari jodoh, nikah, dan...ah sudahlah.

Selain keluarga, mungkin Nisa salah satunya. Beberapa hari yang lalu, Nisa rajin banget bertanya tentang alamat rumah dan alamat tempat kerja saya. Awalnya, saya nggak-ngeh sama sekali, sampai Nisa bilang :
"Tunggu kadonya nyampe di sekolah bla..bla.."
What kind of... Lalu saya baru sadar kalau yang dimaksud adalah birthday gift. Selain kado yang saya-suka-banget, dia juga menyelipkan a love letter yang bikin saya cekikikan pas membacanya. Nisa bahkan membuat postingan (yang bikin saya terharu) di blognya, dan mempublishnya tepat jam 00.00 di hari H. How sweet. Well, mungkin sebaiknya suatu saat nanti, saya buat postingan tentang Nisa dan betapa so-sweet-nya 8 tahun persahabatan kami... *huek.

Kado dari Nisa, selengkapnya bisa dibaca disini

Selanjutnya, ucapan dari seseorang. Awalnya, I was so surprised. But, a great greeting~without (really) knowing when the date was~ well, somehow it made me sick. So that's why I overreacted. Maaf banget udah bersikap seperti itu, terima kasih banyak buat semua doa baiknya.
And still, it means a lot to me that you took the time from your busy life to wish me a happy birthday.

Continue reading This is How I spend my day

26.9.14

Everything Will be Okay

Beberapa minggu ini, gempuran curhatan datang dari berbagai penjuru. Entah kenapa, kebanyakan curhatan itu adalah tentang mereka yang their world had turned into wrong. Somehow, saya jadi ikutan merasakan gimana beratnya masalah mereka, atau betapa sulitnya ada di posisi mereka. Tapi bagaimanapun, saya nggak punya kapasitas besar buat membantu mereka menyelesaikan masalahnya.

Lalu, apa yang saya dapat dari semua itu...? Banyak. Banget. Ada berbagai hal dan pelajaran hidup yang didapat dari mendengarkan cerita mereka. Dan meskipun saya nggak bisa banyak membantu, seenggaknya kata-kata ini bisa sedikit melegakan.
Ini semua juga akan berlalu. Seperti semua kesulitan yang dulu rasanya adalah akhir dari segala sesuatu. Bertahanlah.  -Mario Teguh- 
Buat mereka yang masih ragu dalam memulai sesuatu,
Once you decided what you want, the universe conspire to make it happened.
Memulai sesuatu emang nggak mudah. Butuh niat yang kuat, keyakinan yang besar, dan mental yang benar-benar siap untuk menghadapi apapun yang akan terjadi nanti. Orang terdekat mungkin akan meragukan keputusan yang kita ambil. Mereka akan meremehkan, nggak merestui, dan nge-judge kita dengan kata-kata yang nggak enak. Tapi, seperti quotes diatas, selalu percaya bahwa ketika kita meyakini apa yang dilakukan, maka alam semesta akan membantu mewujudkannya. Jadi, buat suatu pembuktian diri. Bukti yang mematahkan semua keraguan mereka. Bukti yang membuat mereka menghargai apa yang kita lakukan. Dan bukti yang akan membuat mereka bangga dengan keputusan kita dalam memulai sesuatu.

Buat mereka yang masih nggak rela untuk melepaskan,
If you're brave enough to say goodbye, life will reward you with a new hello. -Paulo Coelho-
It seems like saya udah pernah membuat artikelnya disini. Ya, keputusan untuk melepaskan sesuatu emang butuh keberanian yang besar. Butuh penegasan bahwa melepaskan adalah keputusan terbaik yang harus diambil. Butuh pertimbangan buat menentukan sikap apa yang harus dilakukan setelah berpisah, tentang apa yang terjadi setelahnya, dan tentang semua hal yang (mungkin) masih nggak siap untuk ditinggalkan. Tapi, jika nggak melepaskan, kita nggak akan bisa mendapatkan sesuatu yang lebih baik. Karena kita nggak bisa menerima hal baru disaat tangan masih menggenggam hal yang lama kan...? So, are you brave enough to let her/him go...?

Continue reading Everything Will be Okay

H+7 HUT Republik Indonesia [2/2]

Baca yang sebelumnya di sini

Hari kedua dimeriahkan dengan gerak jalan sehat. Semua murid, guru, dan karyawan mengikuti gerak jalan dengan gembira walaupun rutenya cukup bikin ngos-ngosan. Bawa kamera, bisa motret sepanjang jalan udah menjadi planning saya selama gerak jalan. Tapi kenyataannya...saya diminta menggantikan tugas wali kelas. Tugasnya... mendampingi murid-murid selama gerak jalan.

Murid kelas TKJ yang saya dampingi selama gerak jalan

Dan... Astagaa... Saya baru sadar kalau mendampingi murid SMK lebih ribet daripada mendampingi anak TK-SD yang dengan imutnya mengikuti gerak jalan. Murid SMK bisa dibilang nggak-bisa-diam. Sepanjang rute, mereka bercanda, menggosip sana-sini, berpencar, lalu gabung dengan kelas lain. Hasilnya, baru menempuh rute perjalanan 40%, saya udah hampir nggak bisa mengontrol mereka.

Continue reading H+7 HUT Republik Indonesia [2/2]

21.9.14

Worth the Wait

This time, we missed the chance. Again. It sucks when we finally realize, but it was late. You went back home when I'm on my way to that place.

Then, you texted. You said that you've waited for 2 hours there. Your phone was off, and you forgot to bring the charger. Well, you should know that during this day, I've waited for that hours too. I kept my eyes opened by looking at my phone, waiting for your text. And, what's worse~or better than :
Kita saling menunggu, tapi nggak saling tahu..?
I felt lost. I got into that crazy traffic jam. Riding my motorcycle to wherever-it-was. With the earphone that played songs on its full-volume. Ended up in a place. Looking around that empty chairs. Drinking a cup of coffee. Alone.
"Jadi, kenapa harus menunggu selama dan serumit ini untuk kita ketemu?” | “Karena hal-hal menakjubkan itu butuh waktu.”
I never thought that it would be so hard to meet you. No matter how hard we planned, most of them were just failed. But, Are we just...worth that wait...?


posted from Bloggeroid
Continue reading Worth the Wait

8.9.14

Back to School

Oke, saya pernah bilang bahwa jadi guru itu sulitnya disini. Tapi belakangan, saya bersyukur karena semua itu nggak seberapa dibanding beban teman yang kerja di tempat lain dengan segudang masalahnya.


I started to enjoy all the things here. Dari tadinya yang hobi kabur setelah jam mengajar selesai, sekarang saya malah betah nongkrong di lab sampai jam sekolah berakhir. Entah itu buat sekedar bercanda, curhat tentang kegalauan hidup, ataupun sharing tentang rencana masa depan.

Continue reading Back to School

6.9.14

Fight to Let Go

Sebenarnya, sampai kapan sih kamu bisa bertahan-dan mempertahankan seseorang disaat luka yang dirasakan semakin perih? Sampai kapan kamu akan menjadikan luka itu sebagai alasan buat mempertahankan kebersamaan yang ada? Dan sampai kapan kamu pura-pura nggak melihat pilihan untuk melepaskan semuanya? Well, Secara logika, nggak akan ada orang yang betah dilukai maupun disakiti secara terus menerus, kecuali orang masokis yang...yah begitulah.
Setiap hal mempunyai batas, termasuk batas dari seberapa-besar luka yang bisa kamu tanggung, dan seberapa kuat kamu menahan perihnya. Suka-nggak suka, mau nggak mau saat udah mencapai batas itu, akan ada satu pilihan, yaitu : melepaskan.
"Melepaskan" bukan hal yang mudah, tapi "bertahan" juga bukan pilihan terbaik. Ada hal-hal yang sebaiknya dilepaskan. Ada banyak kenangan yang sebaiknya nggak dijadikan alasan buat bertahan. Dan ada suatu keadaan dimana :
Melepaskan adalah satu-satunya cara agar kamu bahagia
Orang yang melepaskan, lalu pergi, adalah orang yang pernah mati-matian bertahan namun disia-siakan. Pada akhirnya, logika akan menyembuhkan luka itu, lalu menuntun kamu untuk pergi dari dia yang terus menerus memberikan luka. Suatu saat, dia akan menyesal karena pernah membiarkan kamu pergi, dan kamu akan menyesal karena pernah buang waktu untuk bertahan demi dia.

Continue reading Fight to Let Go

1.9.14

PendtoffA 5th Anniversary

Pagi ini, semua sosmed yang saya punya kebajiran notifikasi dari anggota PendtoffA. Sebelumnya, saya udah pernah membahas tentang PendtoffA disini.

Nggak terasa, udah 5 tahun-atau lebih tepatnya, 4 tahun bersama + 1 tahun terpisah sejak kita saling kenal, saling berbagi, saling curhat, dan mungkin..saling cinlok. *uhukk..

Where do we go from here...? Setelah 1 tahun berpisah, (sepertinya) kita sekarang udah punya jalan masing-masing. Ada yang bekerja di perusahaan, jadi bapak-ibu guru di sekolah, lanjut S2, menikah, sedang menunggu kehadiran baby, bahkan sibuk berjuang menyelesaikan skripsi.

5 tahun bukan waktu yang sebentar, bukan juga waktu yang terlalu lama. Banyak banget hal yang kita dapat selama 5 tahun terakhir ini. Meski makin jarang bertemu, seenggaknya kita masih bisa menyempatkan diri buat kumpul saat nikahan, atau saat liburan. Yang paling penting, kita masih terikat sama rasa kangen, kepedulian saat ada yang tertimpa musibah, dan keinginan buat menjaga rasa kekeluargaan yang ada.
As we go on. We remember. All the times we. Had together. And as our lives change. Come whatever. We will still be Friends Forever. Vitamin C- Graduation
Happy 5th anniversary PendtoffA. Semoga masih akan ada 5 tahun, 5 tahun lagi, dan selamanya buat kita. Love you all, always...
Continue reading PendtoffA 5th Anniversary