19.10.15

Oh, Hello !

Ada yang pernah bilang, jika seseorang hilang dari dunia blogging, kemungkinan besar alasannya adalah : "Their real life happens". And maybe, I will be one of them.

My real life happens. Banyak hal yang harus saya bereskan selama beberapa bulan belakangan. Dan selebihnya, zona mati rasa dan titik jenuh yang bisa disalahkan. Hahaha.

Well, saatnya masuk ke topik sebenarnya. Apapun yang ditulis di sosial media nggak akan lepas dari anggapan "you're what you write". Sah-sah saja sebenarnya. Because no matter what you do, people will always judge you in the end. Tapi kadang hal seperti itu akan menganggu jika orang lain jadi sok-tau-banget dengan apa-yang-terjadi. Hanya dari sosial media yang tulisannya pendek saja orang bisa menilai sejauh itu. Apalagi kalau tulisan panjang yang berbentuk artikel seperti blog. Kebayang kan sejauh apa mereka menilai "penulis"nya? *curhat-terselubung.

Disini, saya akan bahas tentang behind the scene dari sebuah tulisan (khususnya tulisan dalam blog ini), sekaligus sebagai klarifikasi (dan pembelaan) dari anggapan you're what you write.

Pada umunya, blog dibuat untuk menampung hal-hal yang nggak bisa disampaikan secara langsung. Selama beberapa waktu, blog menjembatani apa yang mungkin dirasakan banyak orang, tapi nggak bisa disampaikan secara langsung ke orang yang bersangkutan. Banyak readers yang merasa "ya, that's what I feel too" setelah membaca artikel blog. Mungkin banyak juga yang merasa lebih baik ditengah kegalauannya dengan menjelajahi berbagai artikel di blog. Atau ada juga yang merasa bahwa jalan pikirannya sama dengan sudut pandang penulis dalam melihat suatu masalah.

Nggak semua hal di blog adalah pengalaman pribadi penulisnya. Ada juga yang pengalaman orang lain yang diedit sedemikian rupa sehingga menjadi artikel yang menarik buat dibaca. Ada juga yang terinspirasi dari kejadian sehari-hari yang dialami orang-orang di sekitar. Dan satu hal lagi, penulis nggak selalu menulis apa yang sedang dirasakan. Ada kalanya penulis blog share tentang kegalauan, padahal sebenarnya, that's not what they feel. Mereka hanya menulis berdasarkan topik yang (menurutnya) menarik, dan bisa dieksplorasi.

Continue reading Oh, Hello !